Tuesday, November 15, 2011

Kisah Mereka Yang Menang

Pemerintah sebelum Revolusi Perancis 1789 disebut sebagai Ancien Regime. Rakyat menumbangkan kekuasaan mutlak raja dan menghilangkan hak istimewa kaum bangsawan. Empat puluh tahun kemudian, kekuasaan dipegang lagi oleh kaum feudal, keluarga Bourbon. Ketika pemerintah mengabaikan perlembagaan sama sekali, kaum liberal dan demokrat, didukung oleh anak-anak muda dan kelas menengah turun ke jalan.

Ketika itu, kaum buruh, yang tak mengerti apa-apa tentang politik, juga ikut hanya semata-mata untuk mencari nasib yang lebih baik. Dinasti Bourbon tumbang. Anehnya, kelompok baru yang memerintah menjadi "bangsawan baru". Mereka terdiri dari profesor, peguam, kaum profesional, dll. Mereka tak punya darah biru, tapi punya wang dengan macam-macam warna.


Ada seorang anak muda cerdas, pelajar undang-undang dan kedoktoran. Ia ikut-serta dalam perjuanga kaum demokrat. Begitu pemerintahan berganti, ia kecewa. Ia melihat pemerintahan baru hanyalah mengganti jubah. Di dalam jubah masih juga berupa Sang Penindas. Ia menggalang kesatuan di antara anak-anak radikal. Ia masuk organisasi Amis du Peuple (Sahabat Rakyat). Bersama 14 orang kawannya, ia ditangkap. Ketika ditanya apa pekerjaannya, ia menjawab, "Kaum proletar!" Ia berkata, "Proletar adalah pekerjaan 30 juta rakyat Perancis, yang hidup dari hasil kerjanya tapi tidak memiliki hak-hak politik." Semua perusuh itu dibebaskan, kecuali anak muda itu. Ia dianggap dalang intelektual di sebalik berbagai kerusuhan. Ia dituduh mengganggu ketertiban dan menghasut orang miskin untuk memerangi orang kaya.

Ia masuk penjara-- yang dilaluinya sampai akhir hayatnya. Ia pernah dibebaskan, tetapi ia mengkritik sistem pilihanraya yang terhasil penipuan. Ia berkata, "Majoriti yang diperoleh dengan keganasan serta membungkam mulut bukanlah majoriti warganegara, tetapi kawanan hamba semata." Kembali ia masuk penjara.

Berulangkali ia dipenjara, dibebaskan, dan dipenjara lagi. Ketika ia berusia tujuh puluh tahun, dari balik jejari penjara ia melihat perubahan pemerintahan ke arah yang lebih baik. Sungguh ajaib! Lewat prosedur yang menyukarkan, ia mendapat pengampunan. Tapi, tak lama setelah menghirup kebebasan, ia menghembuskan nafas terakhir kerana serangan jantung.

Orang yang luar biasa ini adalah tokoh penting kaum republik di balik berbagai kerusuhan antara 1827-1870. Ia mendahului Marx dan Lenin dalam pelopor politik yang utopis. Bagi kaum radikal, ia contoh utama seorang pejuang yang meninggalkan kepentingan peribadi dan kariernya demi membela orang-orang tertindas. Bagi psikolog sosial, inilah prototipe calon diktator masa kini: kepala batu, tak toleransi, licik dan kejam.

Dengan segala keluar-biasaannya, ia tidak dikenal dalam sejarah. Nama August Blanqui ditulis sebagai nama jalan di daerah miskin di Paris. Sebuah kota kecil, Puget Thenier, mendirikan monumen yang kecil buat mengenangnya. Tapi orang-orang di sekitarnya tak pernah tahu siapa dia. Orang menduganya sebagai tokoh politik lama yang sudah dilupakan.

Max Nomad, penulis The Apostles of Revolution, memulai kisah Blanqui dalam irama melankolik. "Kemasyhuran tak pernah memihak orang yang kalah. Kejayaan yang cepat tidak mengabadikan korban kegagalan. Kemasyhuran memihak pemenang dan tak peduli dengan kualiti moral dan intelektual para pendukungnya. Thomas Muenzer jauh melebihi kawan sezamannya, Martin Luther, dalam karekter dan keberanian. Tapi ia mati di tiang gantungan setelah seksaan yang tak ada bandingannya. Ia tak dikenal oleh para petani Jerman, yang untuk mereka ia persembahkan darahnya. Penghormatan mereka diberikan kepada Sang Pembaharu itu, yang menggelepar di depan para pembesar-bangsawan, serta atas nama Tuhan memfatwakan kepada mereka keharusan untuk membunuh dan menyeksa rakyat kecil yang bangkit menentang tuan-tuannya."

Orang-orang seperti August Blanqui dan Thomas Muenzer selalu muncul dalam perubahan sosial di bangsa mana pun. Tapi nama-nama mereka umumnya hilang dari ingatan umat manusia. Yang menentukan apakah seorang masuk sejarah atau tidak bukanlah karekter, keberanian, atau kebenaran misinya. Yang menentukan adalah kemenangan. Kerana itu, sejarah berubah-ubah, bergantung kepada siapa yang menang ketika sejarah itu dikisahkan. Sejarah adalah kisah umat manusia yang sering lebih aneh dari dongeng.

Konon, seorang India menonton filem. Ia melihat kisah sejarah pertempuran antara orang Indian dan orang kulit putih. Setelah filem itu usai, ia meloncat ke depan, merosak layar. Ia berteriak bahwa filem itu sama sekali tidak benar. Dengan susah payah ia menceritakan versinya sendiri. Orang-orang berkata, "Kita tidak tahu pasti siapa yang benar, tapi kami tahu pasti siapa yang menang dan siapa yang bikin filem."

Hari ini, ketika berbagai isu menghentam telinga kita, ketika kita bingung siapa dan apa yang benar, ketahuilah bahawa ada satu yang boleh kita pastikan. Suara yang akan dipandang benar tentu saja suara pemenang. Cerita yang beredar luas pasti cerita dari orang-orang yang didukung dan tidak dihambat untuk membuat cerita itu. Yang kalah tidak dapat bercerita dan tidak boleh membuat filem.

Orang-orang awam akan mengikuti cerita para pemenang dan mempercayainya. Segelintir orang akan melihat cerita itu dengan kritis dan mengembangkan versi yang menurut mereka paling baik. Kelompok kecil itu disebut oleh Al-Qur'an sebagai Ulul Albab: "Gembirakan hamba-hambaku, yang mendengarkan semua pembicaraan, kemudian mengikuti yang paling baiknya. Mereka itulah yang mendapat petunjuk Allah dan mereka itulah ulul albab." (Al-Qur'an 39: 17-18).

www.ummahonline.com/Kisah-Mereka-Yang-Menang.html

No comments: